Waktu kenal Pa Irsyad, jujur aku tidak terlalu suka dengan sifatnya. Pa Irsyad itu suka so cool dihadapan murid-murid sekolah. Ditambah lagi sifatnya diawal aku bekerja sangat dingin terhadapku. Salah aku apa? Semakin lama kenal dengan Pa Irsyad, aku semakin tahu bagaimana sifat aslinya. KYa memang dingin. Tapi kalau diajak ngobrol juga masih nyambung kok. Misal nih kalau ngomongin masalah sekolah, RPP satu lembar, murid-murid dan isu-isu yang lagi panas, kadang dia suka menyikapinya secara kritis. The real kebapaan banget. Pa Irsyad juga masih bisa diajak ketawa sih, tenang aja. Walaupun selera humor kita kadang ga satu server. Mungkin karena jarak umur juga berpengaruh kali ya? Padahal cuma beda 5 tahun. Terus Pa Irsyad itu cukup perhatian. Misal nih setiap ke dapur sekolah, dia suka bikin teh manis untukku. Di saat jam pulang sekolah juga pasti dia menungguku sampai pulang. Aku ga minta diantar, soalnya malu dilihat guru senior dan murid-muridku. Kami berusaha untuk professional kalau di tempat kerja. Menghindari gossip-gosip yang mudah tersebar. Tapi setelah aku memilih resign dari sekolah itu dan memilih fokus S2, aku cukup jarang bertemu dengannya. Sama-sama sibuk sih. Kurang lebih sudah 6 bulan aku dekat dengannya. Memang masih baru sih, tapi Pa Irsyad ini kayanya..hmm..gimana ya ngomongnya…kayanya dia serius sama aku. Dilihat dari cara bicaranya yang tidak jarang membicarakan masa depannya dengan aku kelak. Tidak ada kata pacaran untuk kami. Hanya aku dan Pa Irsyad sudah sama-sama yakin ketika membicarakan soal… pernikahan. Hari ini Pa Irsyad mengantarku ke Gramedia buat membeli beberapa buku S2 ku. Kata Pa Irsyad sih sekalian minta maaf udah batalin janji ga nonton Playlist. Meskipun dia meminta maaf tanpa memberi alasan yang pasti. Dia hanya bilang “urusan mendadak”. Aku sih udah biasa aja ya, lagian udah seminggu yang lalu juga, masa masih mau diem-dieman? Lagian aku juga pas nonton Playlist happy-happy ko. "Eh sekarang Minggu ya? Berarti udah seminggu lalu ya aku nonton Playlist" gumamku "Iya. Besok Senin ra" jawab Pa Irsyad dingin "Pa, minggu kemarin tuh sebenernya ada acara apasih sampai tiba-tiba ngebatalin nonton?" Tanyaku tiba-tiba. Pa Irsyad yang sedang memainkan ponselnya kini menatapku. "Kalau udah beres kita pulang aja yuk?" Kata Pa Irsyad sambil menggandeng tanganku. Tangan sebelahnya membawa keresek buku-buku yang telah aku beli. Aku menatap gandegan tangannya, dingin. Dan aku yakin Pa Irsyad mengalihkan arah pembicaraanku ini. "Waktu itu ada teman kampus saya yang tinggal di Jakarta lagi datang ke Bandung Ra" Pa Irsyad membuka pembicaraan sambil memakai seatbeltnya dan menyalakan mesin mobil. Aku yang mendengar pun ber-oh-ria. "Kita-kita yang stay di Bandung langsung ngajak main dia, sekalian reunian. Walaupun ga ada rencana mau ke mana" lanjutnya. "Oh jadi itu urusan mendadaknya… tapi bener sih pa kalau ga direncanain biasanya suka jadi main" kataku dan Pa Irsyad tertawa. "Teman saya yang orang Jakarta itu…cewek Ra" Mendengar omongan Pa Irsyad aku kembali ber-oh-ria. Bingung harus bereaksi bagaimana. Tidak ada hal lain yang aku pikirkan, selain liburan bersama teman? Toh hanya teman semasa kuliah. Lagian perginya ga berdua doang kan. Jadi ga ada masalah. "Ra saya mau tanya deh…" Tanya Pa Irsyad sambil menoleh sebentar ke arahku. "Tanya apa pa?" "Prioritas kamu buat sekarang ini, apa?" Aku terdiam sembari menatap jalanan Bandung yang kini mulai basah akibat hujan. Aku memikirkan jawaban dari pertanyaan ini cukup lama. Pertanyaan Pa Irsyad ini bobotnya hampir mirip dengan pertanyaan apa alasan kamu melanjutkan S2? Aku sendiri belum punya jawaban pasti untuk pertanyaan ini. "Prioritas aku… apa ya pa? Kayanya ngikut alur hidup ajadeh" jawabku sekenanya. "Jawaban kamu ga meyakinkan Ra hahaha" Pa Irsyad tertawa. Kedengerannya sih tertawa kepaksa. "Saya ini prioritas kamu bukan?" Tanya Pa Irsyad lagi tanpa menatapku. Kini aku yang menatap Pa Irsyad. Ini pertanyaan-pertanyaan Pa Irsyad ko susah banget ya buat dijawabnya? "Hmm, i…ya pa…" Pa Irsyad tertawa terpaksa (lagi). Aneh banget sumpah. "Mau tau ga prioritas saya itu apa?" "apa pa?" "Prioritas saya sekarang itu memulai hidup baru Ra" Bentar-bentar memulai hidup baru tuh maksudnya..beneran nikah nih? "Kalau kamu sekarang S2 berarti prioritas kamu itu ya pendidikan kamu Ra" "I..ya terus?" "Berarti saya bukan prioritas kamu" Jujur pembicaraan Pa Irsyad ini bikin aku pusing. Prioritas yang bagaimana sih? Omongannya itu terlalu berbelit. Otak aku masih belum bisa mencerna omongan Pa Irsyad soal prioritas-prioritas ini. "Dikala saya sibuk kerja buat buat nabung di masa depan, kamu masih mikir kalau gaji kamu itu buat nonton konser. Kalau saya mikir umur 20 tahun ke atas itu waktunya untuk menjadi dewasa, kamu itu malah mengikuti apa kata orang tua kamu dengan lanjut kuliah S2. Kalau kamu lanjut S2 tandanya saya harus nunggu kam--" "Iya pa terus maksudnya gimana? Bapa ga suka saya lanjut S2?" Emosiku mulai naik satu tahap ketika Pa Irsyad membicarakan orang tuaku. Gimana bisa Pa Irsyad menyimpulkan aku melanjutkan S2 karena desakan orang tuaku? Memang waktu itu orang tuaku menawari untuk melanjutkan studiku. Itupun karena tidak ada tanda-tanda seseorang akan datang dengan pertanyaan-pertanyaan serius seperti ini. Makanya aku memilih lanjut S2. Mumpung ada jalan. "Saya ga bisa kalau harus nunggu kamu 2 tahun lagi" Deg. Nafasku tercekat. Suara Pa Irsyad membuat mataku sedikit membelalak. "Ga perlu nunggu 2 tahun Pa, aku siap kalau bapa mau melamar sekarang juga hahahaha" aku tertawa berusaha mencoba mencairkan suasana yang sekarang sedingin kutub es ini. Sekalian menetralkan detak jantung yang berdetak lebih cepat ini. Sedangkan Pa Irsyad memarkirkan mobilnya tanpa mematikan mesin mobil. Di antara kami sama-sama diam, tidak ada yang turun dari mobil. "Engga gitu Ra…saya ga mau fokus kamu terbelah antara urusan rumah tangga dan kuli---" "Jadi bapa maunya apa?" aku memotong pembicaraan Pa Irsyad yang semakin membuatku pening itu. "Saya mau punya kehidupan baru dengan orang yang benar-benar siap. Tapi saya rasa itu bukan kamu" “Tau darimana bapa kalau saya belum siap?” Tanyaku sambil mengatur nafas sebaik mungkin, mencoba untuk tidak emosi dan berujung tangis. “Kamu itu sepertinya masih mau main-main di luar sana Ra” Aku tersenyum sambil menatap manik matanya lekat-lekat. Sekarang aku tau kalau Pa Irsyad termasuk orang yang egois dan ga mau menerima aku apa adanya. Dia memikirkan bagaimana masa depannya nanti, bukan bagaimana kami menghadapai masa depan Bersama. Rasanya kali ini aku tidak ingin menangis, tapi Ingin membanjiri dirinya dengan sumpah serapah serta menendangnya dari mobil. Tapi aku ingat kalau mobil ini adalah miliknya dan aku tidak mau dicap cewek kasar tidak berperi kemanusiaan. Sudah cukup aku diputuskan seperti ini, di dalam mobilnya. "Pa ini bukan gara-gara bapa ketemu teman bapa yang dari Jakarta itu kan?" tanyaku sambil kembali menatap ke arah jalanan. "Engga Ra…" "Pa mending kita pulang aja yuk. Saya mau lanjut ngerjain tugas" Pa Irsyad tidak menjawab dan kembali menyetir mobil. Akupun tidak bersuara, hanya menatap jendela yang dipenuhi rintik hujan. Langit sudah mewakili perasaanku lewat rintik hujan yang turun saat ini. Beberapa meter sebelum sampai ke rumah, aku kembali mengeluarkan suara, "Pa… ga apa-apa kalau akhirnya bapa itu milih yang lain, bukan saya. Tadi kan bapa bilang kalau prioritas saya itu S2, bukan bapa. Berarti sama aja dengan bapa bilang prioritas bapa itu menikah dengan orang lain, bukan dengan saya". "Ra…" "Makasih ya Pa, nanti kalau menikah jangan lupa undang saya ya hehehe" Ucapan terakhirku sebelum aku turun dari mobil. Entah darimana aku berani mengucapkan kata-kata itu. Yang jelas kini aku tersadar, kalau aku sekarang harus melenyapkan mimpi-mimpi di masa depan bersamanya. *** Pa Irsyad kalau My Day Playlistnya ini Day6- Letting Go Ga pernah kepikiran bikin part ini sih. Awalnya pengen nyeritain gimana Pa Irsyad segitu baik dan sayang banget sama Raisa. Tapi kayanya Raisa mesti ngerasain juga gimana rasanya ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya uuu. Sempet bingung antara Raisa yang meninggalkan atau yang ditinggalkan. Tapi ya jadinya beginii. Terus kenapa ko nyeritain Pa Irsyadnya cuma dikit? Karena judulnya aja Mazama :) jadi Pa Irsyad ini jadi tokoh pembantu menjalankan alur cerita ini. Terus nih Azam bakal sama Raisa ga ya?? Oiya aku bakal update cerita lain. Jadi kalau di judulnya ga ada -Mazama- tandanya bukan kelanjutan cerita Raisa dan Azam yaa. (Inipun gue gatau ada yang baca apa engga) tapi pengen update aja seakan-akan ada yang baca hahahaha.
0 Comments
Mari kita berdendang melepas stress!!
Setelah mengupdate whatsapp storyku, aku mematikan mode data di handphoneku. Pokoknya hari ini aku mau have fun! Ya hari ini adalah hari Playlist Festival berlangsung. Persetan dengan tugas kuliah pasca sarjana yang menumpuk dan Irsyad—Pa Irsyad yang batal menemaniku untuk menonton festival ini serta bagaimana aku pulang nanti malam. Aku sungguh kesal, karena beberapa jam sebelum konser Pa Irsyad mendadak memberitahu kalau ada acara yang tidak bisa dia tinggalin. Rasanya aku ingin menjambak rambutnya saat itu. Tapi apa daya, aku hanya bisa menjawab ‘ga apa-apa’ kemudian tidak membalas pesan masuk dari dirinya lagi. Aku nekat pergi sendirian. Untungnya ada temanku yang lain sudah menunggu di venue. Setidaknya aku tidak menonton sendirian di sana. Pokoknya hari ini bersenang-senang dulu. “Nunggu siapa lo ntar?” tanya Dea, temanku yang logat bicaranya memang Betawi asli. Kadang aku suka terbawa memakai gue-elo meskipun logat Sundaku masih kental terdengar. “Naif, Sheila on7 sama Epik High lah. Lo nunggu siapa?” “Epik High dong. Tapi pengen denger Pamungkas juga” Lalu festival musik inipun dimulai dengan Pamungkas sebagai pembuka. “Ajig gila sih Pamungkas ganteng banget!” seru temanku sambil bernyanyi bersama. Jujur aku tidak begitu tahu lagu-lagu Pamungkas. Oh! Ada satu lagu yang kutahu judulnya I love you but I’m letting go. Can’t you see? That you want someone that I’m not Yes, I love but I can’t So I am letting you go now and baby one day When you finally found what you want And you’re ready to open your heart to anyone Don’t push people away again Easier, I know but it’s also er lonely I love you but I’m letting go Dalem banget nih lagu, kata gue sambil mendalami setiap lirik yang dinyanyikan Pamungkas. Acara dilanjut dengan Hivi! lagu-lagunya yang udah aku hafal. Band ini aku kenal waktu pensi SMA dulu. Lagu-lagunya juga easy listening, aku suka. Apalagi lagu barunya itulooh yang Bumi dan Bulan. Setelah Hivi, finally! Band yang aku tunggu mulai manggung. Yap, NAIF!! Gatau ya aku suka banget kalau Naif manggung, soalnya enak banget buat nyanyi bareng. Aku dan Dea pun tak berhenti untuk terus bernyanyi. Naïf memang ga pernah gagal untuk membuat para penonton bernyanyi bersama sampai teriak-teriak. Tapi aku rasa perform Naif cuma bentar, soalnya mau dilanjut Phum. Penyanyi dari Thailand. Aku baru tahu kalau Phum Viphurit ternyata ganteng banget??? irama lagunya pun aku suka. Sayangnya aku ga tau sama sekali lagunya, jadi aku hanya manggut-manggut sambil menatapi kegantengan Phum. Sambil mendengar lagu-lagu Phum, aku membuka handphoneku dan mengaktifkan data selularku. Sejumlah chat whatsapp masuk dari teman-temanku yang mengomentari whatsapp storyku. Lalu ada Pa Irsyad yang dengan chatnya ‘have fun ya’ tapi tidak ku balas karena masih kesal dan tidak ingin merusak moodku yang sedang bagus ini. Di atas chat Pa Irsyad, aku melihat nama kontak yang dulu selalu menjadi chat teratas di whatsappku. “Eh nonton festival?” “Iya zam” Yap benar itu adalah Azam. “sebelah mana panggung?” “kiri” Azam tidak membalas lagi. Begitu juga aku yang kembali fokus pada pengisi acara lainnya, Yura. Saat sedang bernyanyi handphone yang sedari tadi aku pegang kembali bergetar. “sama siapa?” “temen zam” “Kalo kita bisa ketemu aneh meren ya?” Aku menatap layar handphoneku lebih serius. Takutnya salah baca. Tapi bisa aja aneh sih, karena ini festival yang notabennya ada puluhan ribu orang berkumpul di sini, emang bisa? Apalagi aku sudah berada hampir di depan pagar panggung. “Aneh sih, tapi kalau ketemu lucu juga haha” Tanpa aku sadar, Raisa sudah mulai tampil di panggung. Lagu-lagu dengan suara khasnya itu akan membuat para insan di tempat ini bergalau ria. Termasuk aku yang tiba-tiba saja kepikiran Azam. Ditambah Mbak Raisa di atas panggung menyanyikan lagu mantan terindah. Makin galau saja aku. “Raisa sana yang nyanyi, Raisa sini yang galau” kata Dea sambil melihat ke arahku yang sedang bernyanyi penuh dengan perasaan. Aku tersenyum sambil menatapnya “Cuy aneh ga sih kalau aku ketemu mantan di sini?” tanyaku dengan sedikit berteriak. Dea memicingkan mata setelah mendengar pertanyaanku. “Ya engga lah. Siapapun bisa ketemu di sini. Selingkuhan juga bisa ketemu di sini ra, apalagi mantan” “bener juga sih” “napa, mantan lo nonton juga?” “Kayanya sih gitu, soalnya nanya aku ada di panggung belah mana” “Kalo emang lo ketemu mantan tandanya semesta lagi main-main sama lo. Orang yang lagi deketin lo aja ga jadi datang, lah ini malah mantan yang datang buat lo” Aku terdiam kembali menatap temanku yang bersiap-siap untuk menonton Calum Scoot. Pikiranku melayang ke dalam angan-angan kalau saja masih sama Azam mungkin aku bakalan sing a long with my boyfriend? Kaya cita-cita aku dari dulu pengen nonton konser sama pacar. Tapi ga kesampean mulu Kalau aja sekarang masih sama Azam, aku ga mungkin bingung pulang sama siapa. Karena Dea ini arah rumahnya beda sama rumahku. Dan si kampret Pa Irsyad malah nyuruh aku pulang naik ojek online. Ya ga ada cara lain sih, tapi aku parno duluan kalau naik ojek online. Walaupun kata Dea si anak malam ini ga bakalan kenapa-napa, tapi kan.... Huft, kalau aja ada Azam… *** “Sheila on7 gue dibelakang aja lah ra, cape!” Setelah berloncat-loncat ria dan dibanjur air oleh Epik High, aku dan Dea berjalan mundur menjauh dari riuh penonton yang menantikan Sheila on7. “Puas banget gue ra!!!” kata Dea setelah kami berdua menemukan posisi yang tepat untuk duduk sambil menonton Sheila On7. Sama seperti Dea, akupun puas sekali. Melepas stress dan penat menjadi mahasiswa lagi. Aku kembali membuka handphoneku melihat barangkali ada pesan masuk. Tapi nihil. Hanya ada chat dari grup yang menanyakan tugas mata kuliah Antropologi. Shit mood lagi bagus malah liat chat tugas. Sheila on7 sudah memulai bernyanyi di atas panggung. Semua penonton di sini ikut bernyanyi. Selain Naif, Sheila on7 juga sukses membuat para penonton sing a long. Ada yang sambil loncat-loncat, ada yang sambil duduk sepertiku dan ada yang sambil memeluk pasangannya. Ah aku iri melihatnya. Ketika lagu Dan yang dimedley dengan lagu Itu aku mulai dinyanyikan, aku kembali lagi ke mode galau. Dan... Bila esok datang kembali Seperti sedia kala dimana kau bisa bercanda Dan... Mataku fokus menatap suasana yang pasti akan sangat aku rindukan ketika stress melanda. Ku tengok sebelah kiriku ada Dea sedang bernyanyi dengan penuh perasaan. Dan disebelah kananku… Dan... Bukan maksudku, bukan inginku Melukaimu sadarkah kau di sini 'kupun terluka Melupakanmu, menepikanmu Maafkan aku Aku melihat sosoknya. Sosok yang aku fikirkan sedari tadi. Lupakanlah saja diriku Bila itu bisa membuatmu kembali bersinar Dan berpijar seperti dulu kala Caci maki saja diriku Bila itu bisa membuatmu kembali bersinar Dan berpijar seperti dulu kala Dari ribuan penonton yang hadir di tempat ini dan riuhnya suara penonton di sini, di tempat aku duduk, aku melihat Azam datang menghampiriku. “Ra…” “Zam…” Aku berdiri gontai. Semesta benar-benar sedang bercanda kepadaku. Aku yakin Dea sekarang sedang menatapku juga Azam dengan senyumnya yang meledek sambil berkata dalam hati ‘tuhkan bener apa kata gue’ “Zam pengen nangis…” “Eh ko nangis?” tanya Azam sambil menatapku yang mulai tertunduk Dan... Bukan maksudku, bukan inginku Melukaimu sadarkah kau di sini 'kupun terluka Melupakanmu, menepikanmu Maafkan aku “maafin aku ya zam…” “maaf buat?” tanyanya bingung “buat semuanya…” Azam tersenyum, “Ini bukan lebaran, ntar aja maaf-maafannya” katanya sambil merangkulku, “mending nyanyi…” Lagu kini berganti menjadi Itu Aku Ribuan hari aku menunggumu Jutaan lagu tercipta untukmu Apakah kau akan terus begini Masih adakah celah dihatimu Yang masih bisa ku tuk singgahi Cobalah aku kapan engkau mau Taukah kau lagu yang kau suka Taukah bintang yang kau sapa Taukah rumah yang kau tuju Itu aku... “Percayalah itu aku” kata Azam bernyanyi mengelus puncak kepalaku dan tersenyum ke arahku. *** “Cape ga ra?” “Cape laah, tapi seru! Melepas stress dari tugas-tugas kampus” Jam 1 malam. Setelah berpisah dengan Dea, aku berjalan menuju tempat parkiran dengan Azam. Ya, aku akhirnya pulang dengan Azam. “Cie jadi mahasiswa lagi” “Huhu ternyata berat Zam” “Siapa suruh lanjut S2? Hahaha” kata Azam sambil memberikan helm dari bawah jok motornya. “Eh masih bawa helm dua aja?” “Masih laah siapa tau ada yang butuh tebengan” “Ngejek aku ya Zam?!!” kataku sambil memukul lengannya. “Engga sih, tapi kalo kamu ngerasa mah berarti bener ada yang butuh tebengan. Udah ah yook naik” Aku kembali ke boncengan motor vario hitamnya. Ya meskipun ojek online pun sama-sama naik motor, tapi rasanya aku merasa lebih aman dan nyaman kalau bersama Azam. “Ra tadi denger ga sih Hivi nyanyi lagu Bumi dan Bulan” katanya sambil menunggu lampu merah di dekat Istana Plaza. Sikut tangannya dia sandarkan ke pahaku. “Denger, yang kita bagai bumi dan bulan berpasangan walau tak sejalan” Aku seketika terdiam. Aku baru sadar liriknya… seperti menggambarkan aku dan Azam. “Ko diem? Lanjutin dongg” “Engga ah zam, suara aku habiss” Azam hanya tertawa. Motor Azam kembali melaju, menembus dinginnya malam kota Bandung yang lumayan sepi. Mungkin karena besok senin. “Ra.. kalau butuh teman buat nemenin ini-itu bilang aja ke urang” “engga ah, takutnya kamu sibuk. lagian kan kit---“ kalimatku kembali terhenti dan aku tidak ingin melanjutkannya. “Ga apa-apa, kita kan teman walaupun mantanan juga” jawabnya sambil menepuk lututku tiga kali. Aku mengeratkan pelukanku ke perut Azam. Kepalaku, aku senderkan ke bahunya. Masih tercium aroma khas parfum bercampur asap rokok dari jaketnya. “Zam makasih ya buat semuanya” ***** Hehehe halo, apakah ada yang baca? Jujur ini part random banget dan aku yang baca pun kaya 'naon sih?' Akutu sebenernya lagi kangen ngonser dan kangen keluar rumah. Walaupun sebenernya aku ga gabut-gabut amat di rumah, tapi rasanya pengen main keluar gituloooh. Makanya part ini bisa aku bikin karena saking bingung mau ngapain dan aku berulang kali muterin konser live Sheila On7 di youtube, jadi kepikiran bikin part ini. Oh iya aku juga ga tau ya Hivi nyanyi Bumi dan Bulan atau engga pas Playlist Love, aku ga inget hehe. Cuma pas denger ini lagu ko kaya hubungan Raisa dan Azam wkkkk. Btw part selanjutnya ga akan nyeritain Azam dulu, tapi mau fokus sama Pa Irsyad (Insyaallah 1 part doang). Draftnya udah ada (tuhkan sampe cepet banget bikin part baru, biasanya harus bertapa sebulan dulu) tapi ngga tau ya dipublishnya kapan hehehe. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
August 2021
Categories |